Senin, 18 Juli 2011

Kisah Muallaf Chrisye : Merasakan kesepian yang misterius

Guruh Sukarno Putra mendorongnya sebagai penyanyi ketika putra mantan presiden pertama RI itu membuat album menggabungkan musik Barat dengan tradisional Indonesia. Saat Radio Prambors menyelenggarakan Lomba Cipta Lagu Remaja (LCLR), akhir 1976, Chrisye menyanyikan lagu ‘Lilin-lilin Kecil’ karya James F Sundah. Masuk dapur rekaman, lagu itu digemari banyak orang. Tawaran panggung solo berdatangan. Chrisye menjadi penyanyi terkenal.

 Ketenaran saja tidak cukup membuatnya yakin bisa menghidupi sebuah keluarga. Tapi, rasa takut itu terkikis oleh seorang wanita, GF Damayanti Noor akrab disapa Yanti salah satu personel kelompok musik Noor Bersaudara. `’Saya melihat daya tarik Yanti ketika dia bekerja menjadi sekretaris Guruh,” kata dia menuturkan.

Saat yakin ingin menikah dengan Yanti, ada satu yang menjadi penghalang: agama. Chrisye Kristen, Yanti Islam. Soal ini, Chrisye berujar, `’Sebetulnya ada hal yang sudah mengusik saya, jauh sebelum bertemu Yanti. Yakni, krisis keimanan saya. Di tengah kesibukan saya bermusik, sebetulnya saya merasakan kesepian yang misterius. Saya seperti merindukan sesuatu yang tidak bisa saya gambarkan bentuknya. Diam-diam saya menekuni agama Islam, hingga suatu saat saya menjadi sangat yakin. Saya ingin memeluk Islam.”

Keinginan itu ia pendam. Ia tak berani mengungkapkan, apalagi kepada orang tuanya. `’Saya pernah menangis semalaman karena memikirkan ini,” kata dia. Susah-payah ia mengumpulkan keberanian menyampaikan ke ayahnya. Tak ia nyana, `’Papi memegang perkataannya dulu. Bahwa ia hanya dititipi anak oleh Tuhan. `Semua berpulang pada kamu’.”

Jadilah Chrisye mualaf, bersama Yanti. Kini telah dikaruniai empat anak: Pasha, Risty, Masha, Nissa. Dalam buku itu, Chrisye menulis, ”Setelah menjadi mualaf, 1982, proses pendewasaan saya terus berjalan. Tahun 1990-an, saya lebih banyak meluangkan waktu mendalami agama. Buat saya, spritualitas memberikan lebih dari sekadar memiliki agama karena spritualitas memberikan rasa aman, tenteram, dan jalan. Saya merasakan hidup dan karier saya bergulir pada tujuan yang jelas berkat pendalaman spritualitas yang sama jalani.”

Cobaan akhirnya datang juga. Agustus 2005, Chrisye harus beristirahat akibat penyakit kanker paru-paru yang dideritanya. Setelah menjalani kemoterapi enam kali di Singapura, dia masih sempat menjadi bintang tamu grup band anak muda. Di tengah masa penyembuhan itulah lahir ide menuliskan perjalanan musiknya, sebuah memoar musikal

Sumber : http://noertika.wordpress.com

5 komentar:

  1. Allahu Akbar.....kalau sudah datang hidayah...tak seorangpun dapat menghalanginya....saya ingat ketika Almarhum sering shalat Jum'at dimesjid di bilangan Cipete Selatan dengan anak lakinya...Subhanallah...semoga Almarhum ditempatkan di Surga Jannatun Naim....dan keluarga yg ditinggalkan tetap istiqamah dalam beribadah dan bertawakal hanya kepada Allah semata....amiin ya rabbal 'alamiin...

    BalasHapus
  2. Beliau adalah anak Angkat dari Tuan Guru Sekumpul, Syekh M. Zaini Abdul Ghani Sekumpul Martapura

    BalasHapus
  3. Spiritualisme memang sukar dilukiskan karena hanya bisa dirasakan.Beruntunglah mereka yang bisa menemukannya.Surga itu adalah Tuhan,dan Tuhan adalah kasih sayang itu sendiri.Almarhum Chrisye beruntung telah menemukanNya.

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah, telah mendapat hidayah om chrisye

    BalasHapus