Kisah para Muallaf dan Muallafah
Jumat, 3 Juli 2015 19:54
Siapa
menduga, jika hidayah itu selalu datang kepada hamba pilihan. Seperti itulah
yang terjadi kepada Yang Mei Siu alias Diana.
Gadis manis
berdarah Tionghoa ini resmi menjadi mualaf 4 Juni lalu setelah mendengar suara
azan tengah malam yang selalu terngiang di telinganya.
Padahal,
gadis kelahiran Palembang, 26 Juli1996 ini sangat anti dan begitu benci dengan
Islam.
Saat Sripo (grup tribunnews.com) menyusuri
rumahnya di Jln RA Abusamah komplek Villa Sukajaya Indah KM 6,5 Palembang,
dengan senyum sumringah Diana menyambut dan mempersilahkan masuk.
Rumah
tersebut sangat khas sekali bernuansa Tiongkok, sebab sebuah altar rupang Dewi
Kwam In terpajang.
Di sisi kiri
terdapat beberapa foto leluhur keluarga Diana lengkap dengan garu dan
perlengkapan sembahyang.
"Di
rumah ini ada tiga agama, Kakek saya Budha, Paman saya Kristen dan saya sendiri
baru memeluk Islam. Alhamdulillah semuanya menjunjung toleransi,"
ungkapnya.
"Padahal saya ini dulu sangat anti dengan Islam. Selalu menganggap orang Muslim itu kejam, teroris, dan kalau ada tindak kejahatan pasti pelakunya orang Islam," ujarnya.
Namun kebencian itu kikis setalah Irene Susanti Shaleh, sang mama angkat mengenalinya secara perlahan tentang Islam. Diana pun mulai tertarik belajar dan membandingkan Alquran dan Alkitab.
"Dari sanalah saya tahu, Islam itu memiliki tuhan yang satu, bukan tiga. Saat melakukan ibadah seperti sholat pun harus bersuci dahulu. Disanalah letak keindahannya menurut saya," ujar mahasiswi Fakultas Bisnis dan Akutansi jurusan Ekonomi semester 2 universitas Khatolik Musi Charitas ini.
Dalam kurun waktu 3 bulan mempelajari Islam dan Alquran, Diana pun mulai ikut melakukan Shalat dan belajar Iqra. Dalam masa belajar itulah, ia pernah suatu hari tidur dan mendengar suara azdan.
"Waktu itu tepat pukul 00.00, saya heran, itu azdan apa. Sementara waktu shubuh belum. Saat saya tanya sama momy (panggilan ke mama angkat-red), katanya ia tak mendengar suara apapun," ungkap wanita yang hobi memasak ini.
Suara Adzan tersebut membuatnya merinding, sekaligus penasaran. Keanehan lain datang lagi saat ia tertidur dan bermimpi.
Dalam
mimpinya, ia didatangi seberkas cahaya, lantas suara berat seorang laki-laki
berkata 'nak, lakukanlah shalat Tahajjud'. Ia pun lantas kembali melaporkan
kepada mama angkat.
"Momy
bilang itulah hidayah, dan aku merupakan salah satu orang yang beruntung bisa
mendapatkan hidayah tersebut," jelasnya.
Awal Juni
pun ia bersama teman satu kampusnya berinisiatif mendatangi masjid Muhammad
Cheng Ho Jakabaring dan menanyakan bagaimana menjadi mualaf.
Petugas
masjid lantas mengarahkannya untuk datang dan mengambil formulir di sekretariat
Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) Sumsel.
"Setelah
mengisi formulir, saya disuruh datang pada hari Kamis tanggal 4 Juni kemarin
selepas Ashar ke masjid Cheng Ho. Dan Alhamdulillah, saya langsung mengucapkan
syahadat. Ibarat terlahir kembali, saya lega dan sangat bersyukur,"
ungkapnya.
Kebahagiaannya
tak cukup sampai disini. Istri ketua PITI juga memberikannya nama baru yakni
Siti Fatimah.
Kabar
masuknya Diana ke agama Islam pun langsung beredar ke kalangan kampus. Bahkan
Pastur kampusnya pun sampai menghubunginya.
"Saya ditanya, apakah yakin masuk Islam? saya hanya menjawab iya dengan
mantap. Dan Pastur berpesan, tetap saja harus lancar kuliah dan menerima
keputusan saya," ujarnya.Dan tahun ini pun, Diana mulai menjalankan puasa untuk pertama kali. Bahkan dari awal sampai hari ini, Diana hanya batal sebanyak tiga kali. Ia pun mengaku meski hanya di sekitar komplek, ia sudah mulai mengenakan Jilbab.
"Alhamdulillah bertemu Ramadhan, dan bisa pakai jilbab. Ini merupakan pengalaman pertama dan sangat indah bagi saya," ungkapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar